Sunday, April 8, 2018

LINIER

If you are a linier person you will not become as an EGOIST PERSON and STAY FOCUS and se-ANGKOTAN/ANGKUTAN/sak-TRAYEK (bukan angkatan tapi angkot..! jangan salah baca!)

Buat saya linier adalah segaris, sebidang dan seangkotan. Ya persis kalau kita naik angkot kan? trayeknya mana? ke arah Pasar Johar? Pasar Karangayu? atau Pasar Sampangan? ke arah Mangga 2 atau Pasar Minggu? Pasar Kliwon? Pasar Wage? atau Lamongan? ke Tanah Abang kah? atau mau tujuan Amerika Serikat? USA yang mana? Saudi Arabia? China? China mana? India? yang mana...?Harus fokus kann....Kalau semua trayek hanya ada orang yang sama atau angkot yang sama. Ribut kan ? saling rebut pangsa pasar. Makanya dibuatlah aturan tersebut. Biar nggak egois. Biar semua dapat rejeki.

Bisa siih tidak sama persis tapi yang masih sekelompok atau gampangannya agar tidak bingung linier adalah SAMA.
Nah, kata SAMA ini lebih enak. Jadi tidak bikin bingung.
Mudah dipahami.
Namanya sama itu ya IDENTIK.
Bahasa Jawanya adalah MEMPER.
PERSIS atau bahasa gaulnya PERCIS. Bukan Paris.
IDEM.
SAME (English).
SAMIMAWON.
PODHO PERCIS.
ORA NGALOR NGIDUL.
ORA AMBURADUL.
Rapiihh.
Siji wae..
Sithok ae.
Setunggal kemawon.
ONE (English).



Ojooo...kondhoo...kondho...ya...yen sami mawon itu bukan rawon...tapi podho wae...
Aku seneng banget panganan sing werno coklat kehitaman..., ya rawon, ya taoto, ya kopi...

SAMA adalah COPY-an.Bisa dicloning juga siih. Bukan kembar lhoo..., kembar itu tetap beda. Karena beda berarti TIDAK SAMA.
Nah, yang bikin bingung itu sebenarnya adalah orang2 sana yang pingin MENYAMAKAN YANG TIDAK SAMA. Paham nggak?
JADI : TIDAK SAMA tapi dipaksa2kan SAMA. Nah, ini yang bikin BINGUNG.

Contoh : ada senior saya, dokter tapi ambil studi BUKAN BIDANG DOKTER. Dokter itu apa siih? harusnya paham yang namanya dokter ya dokter, bukan perawat dan bukan bidan juga bukan ahli gizi, juga bukan guru, BAHKAN bukan penari. Udah simple aja jalan pikirannya. Ini bukan masalah mengkotak2an ilmu. Tapi beda itu ya beda. Titik. Pikirannya simple aja. Jangan semrawut. Memang sekarang banyak orang semrawut, ya jalan pikirannya, ya cara mimpinnya. Jadi, memang terkadang ada sesuatu yang harus SAMA PERCISSS, agar apa coba? Ya agar BENER2 AHLI gitu lhooh.., jadi sebaiknya kita bergaul dengan orang yang sama, maka insyaAllah jalan pikirannya sama. Tidak ruwet. Tidak semrawut. Nah itu fungsinya se-ilmu, se-bidang. Bukan mengkotak-kotakkan ilmu. Ya saya setuju juga berpikir di luar box atau out of the box thinking. Itu aku bangeeet. Tapi liat konteksnya. Buat apa? buat dagang atau buat bisnis?

Kalau buat dosen, dimana mahasiswa kita butuh dosen yang kompeten, yang pure murni keahliannya dan kompetensinya sangat dibutuhkan. Ndak setengah-setengah, ya mengkhususkan ilmu, itu sangat penting. Jadi, ya itu tadi : dokter ya paham dokter itu kompetensinya apa? Ke arah mana?

Memang siih dokter, perawat, bidan, farmasi atau gizi semua dalam ranah untuk sehat. Tapi kan beda. Kita lihat kompetensinya apaaaa? Ada yang ngobati, ada yang merawat/membantu merawat, meracik obat, ada yang membantu kelahiran bayi, nulis menu dan perhitungan gizi. Beda kan? Nah, kalau dicampur aduk...bikin bingungg kan..., kenapa? karena SETIAP ORANG CENDERUNG UNTUK MENIRU. Itu pasti! Walau bukan dokter, ya berusaha jadi dokter. Walau dokter, tapi ya berusaha bukan jadi dokter. Ya kan? hehe...
Makanya mending dipisah2, karena bidang kesehatan itu nyangkut nyawa. Ya NIATNYA agar kompeten MEMELIHARA NYAWA ORANG SESUAI BIDANG MASING2. Gitu lhooo....
Ya saya gini2, juga berusaha memelihara nyawa orang lhoo..., saya InsyaAllah masih sesuai kompetensi dokter..., karena saya terus berusaha belajar bagaimana agar saya mampu menyelamatkan nyawa orang banyak dengan apa yang saya lakukan dan terkait ngobati. Ngobati itu terkait apa saja?

Contoh PIKIRAN LAIN : kenapa orang LN dapat hadiah nobel? dan biasanya orang2 luar negeri aja..., belum pernah ada kan orang dalam negeri? Nah! itu ya karena orang LN itu SANGAT, SANGAT dan VERY VERY ULET! saya nggak cuma ngomong, tapi ya survey lah, observasi. Trus memahami tapi ya baru segini aja. Namanya ULET itu ya cuma satu thok thil! Ya kayak tadi, kalau dokter ya harus paham dunia dokter, walau nyerempet2 dikit ya tetap lurus dokter!

Kalau bukan dokter ya jangan berusaha nyamai dokter, ntar malah jadi penghuni hotel prodeo. Tahu hotel prodeo itu apa?

Saya bicara gini karena banyak orang ingin menyamai profesi ini. Profesi ini nggak gampang lho. Ini nyangkut NYAWA. Nyawa itu nggak bisa dibeli pakai duit. Kecuali nyawanya ganda atau berlipat2. Astaghfirullah.
Makanya ada ilmu2 tertentu yang nggak bisa dicampur aduk ya contohnya dokter. Bidang kedokteran. Walaupun bidang ini menyangkut banyak urusan ya urusan bidang kimia, gizi, nano atau apalah lagi lainnnya asalkan masih concern ke bidang ilmu kedokteran ya gpp. Justru itu pengembangan ilmu agar pikirannya berkembang tetapi tetap SATU JUGA.  Sehingga menjadi bener2 paham terkait bidang kedokteran tersebut atau hal kecil yang terkait bidang kedokteran. Contoh bahan X itu bahan pangan. Pangan itu terkait energi. Bila pangan manusia ya berarti terkait energi manusia. Nah, energi itu terkait bidang kedokteran juga kan. Mana ada orang hidup yang nggak punya energi atau bisakah orang hidup tanpa energi? Nggak kan? ENERGI itu VITAL nggak? vital kan? Nah X itu pangan yang dikonsumsi orang. Jadi vital nggak? ya vital kan? Nah, ini yang namanya aspek penting walau tidak point banget tapi tetap penting. Menyangkut hajat hidup orang banyak nggak? iya kan? naah..! 

Contoh lain : dokter tapi sekolah guru. Boleh? ya boleh. Tapi kompetensi dia maunya apa? karena ini beda banget, beda bidang! Kompeten sebagai dokter, atau keahlian sebagai dokter?atau keahlian sebagai guru? kompeten sebagai guru?  Nah, kalau pingin keahlian sebagai guru yang diakui, ya sebenarnya saat menjadi profesor harus diperhatikan benar2 apakah sudah kompeten menjadi guru? atau kompeten sebagai dokter ? harusnya tidak boleh jadi profesor dulu karena bila untuk memecahkan masalah  sepele saja bingung maka artinya sebagai dokter belum mumpuni, sebagai guru ya belum mumpuni. Dokter itu kan pemecah masalah kesehatan, ya kan? Guru itu kan pemecah masalah pendidikan, ya kan? Lha kalau ada masalah terkait dokter dan pendidikan saja bingung. Masak gitu kok profesor? Profesornya para guru, bukan. Profesornya para dokter, juga bukan.

Contoh lain lagi : dokter tapi banyak/sering menari padahal seorang pengajar.

Bagaimana bisa menulis atau mengajar dengan baik serta bertambah keilmuannya dalam bidang kedokteran bila waktunya dan tenaganya banyak digunakan untuk menari? Jangankan menulis. Berpikir tentang ilmu kedokteran saja sangat2 kurang sehingga kurang memiliki pengembangan ilmu kedokteran yang maju akibatnya kurang update ilmu kedokteran sehingga yang lama dibilang baru dan yang baru dibilang lama karena bingung. Tidak tahu sejauh mana perkembangan ilmu saat ini akibat terlalu banyak waktu digunakan untuk menari. Nah, ini pun perlu diwaspadai secara cermat.

Jangan malah digembor2kan oleh media sebagai suatu hal yang hebat bila seorang dokter bisa menari. Saya aja bisa menari dan bahkan sejak SD saya telah belajar menari. Saya juga bisa musik dan main musik organ/keyboard dengan baik. Tentu semua dengan latihan. Naah, bagaimana seorang dokter yang juga dosen mampu mengasah ketrampilan menulis dan berkembang ilmunya bila justru banyak latihan menari? bila terlalu banyak waktu untuk latihan menari maka cuma menjelek2an suatu tulisan saja akibat kurang update ilmu dan tidak tahu mana ilmu yang berkembang dan mana ilmu yang belum berkembang.

Kompetensinya dimana? sebagai penari atau sebagai profesor di bidang kedokteran? naah, media itu jangan menggembor2kan begini sebagai suatu hal yang hebat agar pendidikan kita maju. Selain itu seseorang yang memiliki banyak kompetensi. Seseorang dengan banyak kompetensi yaitu kompeten sbg dokter, kompeten sbg guru, kompeten sbg penari atau yang lainnya seharusnya justru lambat menjadi profesor.  TELITI DULU KOMPETENSI dan NILAI KEPAKARANNYA. Ingat profesor itu profesional. Pakar. Ahli. Kalau bisa banyak kompetensi, ya justru ilmunya belum mendalam. Akibatnya cuma jadi profesor2an namun orang2 seperti itu bahkan kadang tetap DIANGGAP HEBAT/kita terhipnotis bukan karena ilmu kedokteran tapi ilmu lemah gemulai atau ilmu lainnya karena kita terHIPNOTIS tanpa disadari.

Nah, itu contoh. Seharusnya bidang2 yang melenceng jauh seperti ini, diupayakan lama untuk menjajagi kekompetensian seseorang. Tidak cepat jadi profesor/ dalam waktu dekat sudah jadi profesor. Profesor atau profesional adalah ahli atau pakar atau orang yang telah menekuni bidang tersebut dalam jangka lama dan benar2 paham. Nah, bila banyak dokter, dosen namun banyak berdagang atau menari bagaimana bisa jadi profesor kecuali yang banyak terjadi saat ini sulapan atau menghipnosis sehingga begitulah banyak profesor2an tapi dangkal ilmu. Kurang paham tapi merasa paham akibat bertitel/menjabat profesor.

CUMA MERASA PAHAM dan kemudian MARAH atau NGAMBEK bila mahasiswa/dosen yunior protes ya begitu akibat menjaga gengsi atau JAIM agar dianggap profesor beneran. Seharusnya profesor yang cuma profesor2an yang buanyak banget di Indo kita tercinta ini yang berakibat banyak pelecehean terjadi, mulai dilucuti gelarnya. Apalagi bila sudah pensiun. LHO BENER lhoo, profesor itu HANYA DISANDANG KETIKA BELUM PENSIUN.

Bila sudah pensiun, ya harusnya gelar tersebut DILUCUTI, alias dilepas. Hal tsb agar tidak merasa sombong seumur hidup dan merasa hebat dibanding saya yang tampaknya muda padahal penampakan aja yang muda. Aslinya, usia kronologis ya tidak muda lagi. Memang dahulu era untuk menjadi profesor lebih mudah. Ada info yang masuk bahwa dia menjadi profesor dengan menulis ala kadarnya lalu dikumpulkan di perpustakaan. Memang tanpa tulisan di journal internasional, entah karena apa. Tapi memang siih banyak yang cuma profesor2an. Makanya, kini diperketat akibatnya ya hihihi sulit banget. Saya siih menengarai ini ya gpp. Karena terbukti banyak profesor tapi cuma JABATAN doang. Ya itu tadi akibat banyak rangkap kerjaan. Ya dokter , ya dosen ya belajar ilmu guru juga. Ya dokter, ya menari juga padahal bukan dosen ilmu budaya. Jadi,  belum mumpuni  ilmunya tapi sudah jadi profesor akibat penilai PAK terbuai oleh keahlian menari atau keahlian lainnya. Bahkan, justru yang bukan profesor malah seperti sudah profesor akibat menekuni ilmunya. Yang sudah profesor, tidak tampak seperti profesor akibat kurang menekuni ilmu bahkan seperti anak TK atau SD  kelas 1 yang baru belajar baca berbahasa Indonesia. Nyuwunsewu dan maaf..Semoga ada perubahan. Aamiin YRA.

Sekali lagi bukan mengkotak2an ilmu. Ilmu itu luas dan berkembang maju sesuai jaman. Namun untuk memahami suatu ilmu perlu pemahaman yang mendetil dan sangat mendalam. Nah, ini pentingnya LINIER. Satu. Simpel aja. Boleh selingkuh dikit2 sana sini tapi cuma untuk pembelajaran agar berkembang dan paham kekurangan2. Sebelum memahami yang lebih, orang harus memahami yang kurang2 dulu kan. 

Pernah dengar kata2 bijak? : orang belum bisa merasakan manis, bila belum pernah merasakan pahit. Nah! Camkan itu!

Ini tulisan ini menurut saya lhoo yaa...menurut pengalaman saya yang melihat orang2 yang tidak linier S1, S2, S3/tidak kompeten yang akhirnya jadi profesor bahkan jadi pemimpin tapi tidak mumpuni ya karena itu tadi kebiasaan dia tidak linier! PIKIRANNYA SERAMPANGAN  ya masalah sepele aja BINGUNG, tidak bisa memecahkan problem apapun, bingungan, dikatakan bodo ya tidak kategori bodo, dikatakan pinter kok ya tidak pinter. Semua orang tahu masalah ini masalah tidak besar tapi karena itu tadi, akibat sering berpikir TIDAK LINIER. Saya tahu percis, dan inilah yang berakibat dia tidak bisa berpikir jernih dalam menghadapi sesuatu dan maaf orang banyak yang bilang," bodoh." Bukan saya yang bilang, tapi orang lain. Memang bila tidak tahu persis, orang tidak boleh ngasal ikut2an latah bilang. Karena saya tahu persis akibat saya obyeknya ya maka saya bilang memang benar dan pantes bila orang bilang gitu. Akibatnya ya gitu, hidupnya penuh masalah, jangankan harta, masalah religi, keahlian/kompetensi semua campur aduk. Saya begini, ngikut. Ke agen begini, ngikut. Tapi yang bener dari saya tidak diikuti. Hanya separuh. Separuh itupun yang penting bagi dirinya, bukan bagi orang banyak. Kategori apa orang begini? egois kaan..dan kalaupun tidak ngikut saya.... Ya memang saya ini siapa? Bukan Tuhan. Bukan Allah. Tapi bukan itu masalahnya, ini masalah pemahaman saja.TIDAK BISA MEMAHAMI. Lha memahami dirinya saja nggak bisa, kok memahami orang lain. MIMPIN DIRINYA aja nggak bisa, selalu ikut2an/plin plan, kok mimpin orang lain. Akibatnya bawahannya amburadul. Ya mungkin belum menemukan jati diri. Tapi masak setua itu belum menemukan jati diri. Jati diri nya gimana? masih nyari..., ya gpp siih asal dibenahi jangan menggak menggok sana sini melulu, bikin bingung yang dibawahnya. Nah, InsyaAllah suatu saat atau bentar lagi orang2 yang kayak contoh di atas. Bukan dokter tapi berusaha mirip jadi dokter. Bukan dokter tapi bertingkah sebagai dokter, ngobati, nensi dll. InsyaAllah bentar lagi ditegaakkan dan digilas jaman, alias hilang dari peredaran. Aamiin YRA karena bikin negara nggak maju dan campur aduk akibat kekurang tegasan. 

Dokter, ya belajar ilmu kedokteran dan yang terkait ilmu tersebut. Ya memang banyak, intinya untuk kemajuan dokter deh. Yang bukan dokter ya jangan belajar ilmu kedokteran. Belajar sesuai ilmunya. Tehnik pangan ya belajar tehnologi pangan, bukan berusaha jadi dokter atau ahli gizi. Beda banget lho..

Dokter yang di bidang gizi kayak saya, ya harus fokus ke dokternya tetep namun dibarengi terkait gizi. Lha kalau bukan dokter, terus nyelonong ke ranah dokter terkait ngobati atau nyegah penyakit, ya itu seharusnya bukan ranah yang non dokter. Fokus gitu loooh. Tehnik pangan ya tehnik2..., utak utik panganan dengan tehnik2 tertentu... Gizi ya gizi, utak utik gizi, nutrisi, bukan ngobati atau nyegah penyakit. Mumet yaa? Hhhh..., ya nggak bingung. Gitu aja kok bingung...Kalau kamu kebiasaan fokus. Ya nggak bingung. Gampang kok. Tapi karena kamu ngeliriikk akuuuu ajjjaaaa..., akhirnya kamu jatuh cinta dan nggak fokuss kaan...trus amburadulll...
Kita beda neng..., tant.., bude..., lek...

Dokter juga jangan berusaha nyamai guru.., kasihan guru itu..., dokter udah dapat rejeki dari mana2, mosok pekerjaan guru juga mau diambil alih oleh dokter..
Lho ini saya dokter lhoo..., tolong kasihani guru-guru kita, pendidik sejati kita..., udah jadi dokter ya fokus...dokter..
Kalau toh mau jadi dosennya calon dokter, atau gurunya para dokter ya tetap berusaha kompeten di ilmu kedokteran.., bukannya berusaha kompeten di ilmu pendidikan guru..., tolong doong dicermati per kata ya tante.., bude..., nenek..., grandfather and grandmother..., jadi jangan comot sana, comot sini..., kasihan orang lain gitu..., kita atau njenengan para dokter..(hallooo dokters..) udah dapat rejeki dari mana2, mosok ya mau dagang...,ambil rejekinya penjual makanan minuman yang cuma untung 5000ribuan...per gelas..., situ kan udah kaya..., sugih...., jangan memperkaya diri sendiri laah...
Kompeten gitu loooh...trus mikir orang lain gitu loooh...
Ojo egoisss...mikir sugih awake dewe'..., agar nggak serobot sana serobot sini..., ya dokter trus ngrangkep jadi guru, ngrangkep jadi pedagang makanan minuman, belum ngrangkep jadi petugas keamanan...
Wadeuuuhhh..., naudzubilah minzalikk....(maaf bila salah nulis ya..., maklum saya bukan guru agama atau pendakwah...hehe) tapi InsyaAllah niatnya untuk kebaikan. Aamiin YRA.

Mirip boleh tapi ya jangan dipaksakan SAMA. Karena mirip itu tetap BEDA. Beda ya tidak sama. SAMA itu BUKAN BEDA. hehehe hahahaha.
Makanya kalau beda, ya beda aja. Kalau sama ya kita samain aja. Jangan beda, tapi dipaksain sama. Ya gitu InsyaAllah bakal amburadul seluruh lini kehidupan. Aamiin YRA. Ini bicara ILMU, karena kalau mau ngikut dapat itu ya harus fokus. Makanya neliti ITU ya ituuuuuu teruuuusss...gagal 999x ya teruuusss...aja...Bismillah,, aamiin YRA. Teguran buat saya juga. InsyaAllah. Aamiin YRA

Pikirannya SIMPLE. SAMA. SATU. Udah. Titik. Yang nggak sama, NO. Coret! Nah, ada perubahan basic thinking (not basic instinct..hahhaaha)...gitulah. LINIER. Sekali lagi bukan untuk mengkotak2an ilmu. Tapi agar BENAR2 PAHAM Ilmu. Bisa nggak kamu pahami pacar kamu kalau pacar kamu banyak? Ya bisa siih tapi bingung kan, karena suatu saat harus tetap milih satu kan????? kenapa? ya karena dari pengalaman pacar banyak, kita jadi bisa menyimpulkan, ooh ternyata si X is THE BEST walau not the best (.... halaah...padahal ya sama..., amburadul!...astaghfirullah. Maaf..., yang terakhir dalam kurung ini bercanda dan tidak serius..)

Ya sebaiknya memang satu saja...agar benar2 paham..., memang (kadang) membosankan hanya mencintai 1 ilmu tapi ya itu tadi...semua karena Allah dan agar bisa menjadi manusia sejati yang hanya mencintai 1 saja  yaitu Allah SWT. InsyaAllah. Aamiin YRA

*Be yourself *Be a positive thinking person*Love people = Love yourself*

Bismillah, Ramadan Kareem 2024, Hope Barokallohu. Aamiin YRA

Dokter Rosa Lelyana MSi Med SKed PhD Nutrition and Medicine Lecturer from Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro/Undip Semarang, Jawa T...